Friday, November 30, 2012

i said "no, i won't cheat."

soooo akhir-akhir ini bener2 busy rough week. hectic, tugas banyak banget, drama & dance barengan, ulangan menanti minggu depan, materi pelajaran makin susah, dan oracle2 ini (lpj-blanko) itu sangat mengganggu. nggak kerasa banget bentar lagi desember, holy month, dimana awal bulannya begitu indah, yap, ujian semester. another bad stuff will be; gue absen pertama, duduk paling depan. rasanya mau pindah kelas aja biar nggak absen satu. kalo adrian sih absen satu makes no sense, ketauan pinter lah gue gimana apalagi jepang. mau nihil apa nilai gue.

as one of human with religion, i consider my self as org yang alim dan berusaha untuk nggak mau nyontek. tapi apa daya gue gakbisa dan ujung-ujungnya gue butuh nilai gue untuk bagus dan mau gak mau harus minta jawaban temen. jadiiii fix gue bingung. tp gue akan coba untuk gak nyontek. Indonesia for a better future, yea.

Tuesday, October 30, 2012

Mereka

Mereka yang menutup diri bukan berarti sombong. Mereka yang menutup diri bukan berarti individualis. Mereka yang menutup diri bukan berarti pantas dibicarakan dan dianggap remeh sembarangan. Mereka memiliki emosi diri yang belum tentu awam mudah mengerti. Mereka tidak menerima kritik asal. Surat kabar miring dan segala berita palsu yang dimuat massa tentang dirinya. Mereka berpegang teguh pada pendirianya. Yang tidak seorangpun bisa melihat, bahkan dirinya sendiri.
Ada beton baja kuat yang mengelilingi dirinya. Dan rahasia jiwa yang tersimpan rapi dibalik jeruji besi. Yang tak satu orangpun tahu dimana letak kuncinya.

(Annisa R Putriana, 30 Oktober 2012)

Thursday, October 25, 2012

Negeri Para Bedebah.

buku ini gue baca ketika gue sedang absen masuk sekolah karena sakit. Sebenernya gue beli udah rada lama namun mood membaca tak kunjung datang. gue beli gara-gara si Laras promo Tere-Liye. sekali baca, malah ga bisa berenti samsek. buku ini ngabisin waktu dari jam 7 sampai jam 5 sore. cukup lama juga ya.

Alkisah seorang pria bujang bernama Thomas; karakter utama dari si buku ini. Seorang yang hidup dan bangkit atas nama masa lalu. Gimana ya, gue nggak ada kata yang pas buat mengutarakan novel ini. Isinya 100% mutu, dan ada actionnya. Novel Tere-Liye kali ini bukan sembarang novel biasa. Isinya berkutat dgn Ekonomi dunia dan Realita politik di Indonesia. Serta bagaimana ironisme yang hadir di Indonesia mengatasinya. Ditambah plotnya yang menarik saat jadi buronan dan dikejar polisi terus dimana-mana &trik-triknya yang oke. Four thumbs up deh dari gue pokoknya, nyampe jempol kaki juga tuh.

Kayaknya sih si Tere-Liye agak nyinggung kasus Bank Century beberapa waktu silam sama trouble2 yang ada sangkut pautnya sama Amrik, tp gue kurang ngerti juga. Yang jelas, banyak nyindir secara halus tentang busuk dalamnya regulasi dan korelasi bangsa kita ini. Gue aja yang awalnya awam banget jadi mulai ngerti "Oh ternyata kayak gini" "Oh ternyata kayak gitu". Mengungkap apa yang publik jarang tau kalo mereka nggak hidup jd petinggi-petinggi negara. Gaya hidup pejabat juga dijelasin disini. Kayak salah satu kutipan yang gue setuju banget;

"Penuh semangat bicara tentang regulasi, tata kelola yang baik, tapi mereka sendiri tidak mau diatur dan dikendalikan."
"Sepakat tentang penyelamatan bantuan global, tetapi mereka sibuk mengais keuntungan ditengah situasi kacau balau."


Yang bikin seru kadang ada juga beberapa plot cerita yang bikin ngakak, juga emosionalitas Thomas sebagai pemuda yang masih rasional (walaupun berlebihan) tp semuanya ttp aja dikemas dgn indah. Jadi jeleknya novel ini nggak keliatan, karena pembaca terlanjur terkagum-kagum dgn gaya bahasa serta riset dan wawasan yang disampaikan buku ini. Makna nya jg dapet bgt karena bs terealisasikan dengan baik.

So, buat yang ngaku suka politik & suka baca buku, recommended banget buat dibaca!


Tulisan di belakang buku nya gini nih;

Di negeri para bedebah, kisah fiksi kalah seru dibanding kisah nyata.
Di negeri para bedebah, musang berbulu domba berkeliaran di halaman rumah.
Tetapi setidaknya, Kawan, di negeri para bedebah, petarung sejati tidak akan pernah berkhianat.


Thursday, September 20, 2012

Literary Interpretation

Entah sejak kapan gue mulai jatuh cinta pada sastra. Dan sangat bisa dirasakan sastra bayak merubah hidup gue.

Gue seharusnya doing this not that, cause girls do this and dont do that. emangnya salah ya kalo mau jadi diri sendiri? Aneh rasanya emang, kalo lagi berada di toko buku, dan melihat kebanyakan remaja yang mostly berada di rak novel remaja tapi gue malah tetap berjalan tegak lurus melawan arus mencari papan bertuliskan 'Sastra'.

Berambang pada ombak Sastra sama saja berada di dunia jurnalistik. Sastra memang berengaruh besar dalam hidup gue. Dari yang sebelumnya yang gue gabisa sampein apa yg mau gue sampein dengan baik dan benar sampai mencari penengah problematika yang muncul di hidup gue, serta beberapa golden ways yang menyadarkan gue untuk merubah cara pandang gue. Walaupun begitu gue tetap suka membaca novel remaja yang isinya ironisme cinta klasik. Tapi gue akan lebih suka fiksi yang bertema politikus demokrasi sampai cerita kompleks. Tergantung brain mood gue yang sedang ingin dicerna nya. Keduanya berimbang gitu.

Bottom line, jujur aja, gue jatuh cinta. Gue jatuh cinta luar biasa sama kata-kata puitis. Kata-kata cantik. Whether in English or Indonesia. Buat gue sebuah apresiasi besar untuk seseorang yang mampu membentuk paduan kalimat yang dengan membaca dpt langsung beradaptasi. Buat gue, org seperti itu hebat.

Effortnya, lo bisa jadi lebih cermat dalam menangani segala masalah, karena dengan membaca sebuah karya sastra lo diberikan lebih dari satu sisi kehidupan dan gambaran suatu hal.
Minus nya terkadang puitisi membentuk pribadi lo yang overmellow kalo lo ngga bisa guide your principal. Typical yang menginginkan hidup fana yang fiction method. Yang ada di cerita. Tapi buat gue, semua itu akhirnya membentuk satu perpaduan yang bagus.

Kadang gue ingin seperti cerita roman yang gue baca. Kadang juga dari bacaan berat gue, gue tersadar untuk belajar menjadi cewek yang though. Keduanya membuat gue berdiri ditengah-tengah sehingga semuanya menjadi balance. Nggak over mellow, nggak super strong juga.

Gue suka bermain dengan kata-kata dan kalimat-kalimat. Mengotak-atik, memadukan, membentuk kalimat-kalimat sederhana menjadi rapi, indah, dan berkesan. Literature is the greatest masterpiece God ever created inside the art of humanity. And somehow i'm dying in love with it.

Tuesday, September 11, 2012

Dear Nicholas Saputra,

Kalo ada cowo yang pengen bgt gue temuin, ngga lain ngga bukan adalah; Nicholas Saputra. Jujur aja gue termasuk orang telat. Dulu gue ngga pernah nonton satupun filmnya Nicsap kecuali AADC, dan gue masih ngga nangkep kalo ternyata aktualisasinya dia se-hot itu.



I wasnt the huge fans of Nicsap, justru gue terpana duluan sama sosok Soe Hok Gie. Yang ternyata ketika gue ngebrowse segala tentang Hok Gie, gue nemuin film which is dedicated to Gie dan sbg penghargaan sosok seorang demonstran kontroversial. Setelah gue ngubek segala tentang Gie sampai ngebaca bukunya yang isinya sulit dipahami (bahasanya sgt sastra for real), gue mulai melihat teasernya di youtube. Disitulah gue menemukan kembali permata yang hilang, eaeo. Gie diperanin oleh aktor berbakat hasil cetakan Rangga, Nicholas Saputra. 

Gue langsung mencari filmnya mulai dr dvd bajakan itc yang ternyata ngga ada, sampai ke movie online ngga nemu-nemu. gue udah terlanjur ke hipnotis mampus ngeliat Nicsap di film Gie, terlebih dia menjadi gambaran asli sosok yang gue kagumi. Jadinya, gue mulai lagi menonton ulang hasil yang di bintangi Nicsap. So, here we go!


AADC, siapa yang ngga tau Ada Apa Dengan Cinta?(2002). Film drama remaja yang sempat booming parah di tahun 2002. Dian Sastro waktu jamanya tuh badai banget. Lagi-lagi karya garapan Rudi Soedjarwo ini berhasil mencetak bintang-bintang papan atas yang sampai skg pamornya ngga turun di mata khalayak banyak. Film ini juga masuk nominasi-nominasi dan festival film dunia. Sejak itulah, kualitas perfilman Indonesia mulai naik dan menginspirasi banyak sutradara untuk memproduksi film yang berbobot.





Film kedua yang gue tonton agak ekstrim, karena gue baru tau pas ngecek di wikipedia kalo film ini di kreditasikan 18+ apalagi setelah tau lulus sensor nya setelah dipotong 8 adegan dari LSF. Tapi tenang aja, gue nonton film ini dari youtube dan adegan tandakutipnya ikutan dipotong sama yang ngeupload. Sebenernya hilang satu scene aja bikin bingung kalo nggak baca sinopsisnya, tapi gue gamau gambling dosa.


Film ini datang dari produser ternama yang sukses merilis Petualangan Sherina yaitu Riri Riza; 3 Hari Untuk Selamanya (2007). Film yang berkonsep road-movie ini berkisah tentang dua orang sepupu; Yusuf dan Ambar yang sedang melakukan perjalanan menuju Jogjakarta. Namun perjalanan yang seharusnya cukup dalam 1 hari menjadi 3 hari karena banyaknya konflik dan tempat yang ingin mereka kunjungi sebelumnya. Film ini punya pesan moral yang bagus serta dialognya sangat jujur terhadap modernisasi remaja, banyak menyindir soal kehidupan dan bicara tentang agama hingga nafsu.



Yusuf dan Ambar

Dan film ketiga!!! Film dimana dia paling ganteng diantara film-film yang dia peranin.


Kalau Mira Lesmana dan Riri Reza bisa komentar berlembar-lembar soal Gie (2005) dalam buku Catatan Seorang Demonstran, kayaknya gue nggak segitunya. Walaupun didalam movie ini gue agak bingung dengan hadirnya tokoh Ira dan Sinta yang mungkin maksudnya menggambarkan Rina dan Maria. Tapi overall, gue-suka-banget. Terlebih in these movie, Nic sgtlah handsome. Pengen gue bawa pulang, gue jait, dan gue jadiin guling. 

 

Gie, yang memang sejak kecil suka membaca.


Gie dan KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) saat berdemo atas rezim partai di masa Orde Baru.




Gie (Nicholas Saputra) dan sahabatnya Herman O. Lantang sbg ketua Senad saat menjadi aktivis.


Gie di Puncak Pangrango






Gie sering mematung dan menulis buku harianya di lembah kasih, Mandalawangi.

Anyway, pamer dikit, gue sudah pernah ke tempat favorit Gie, dimana abu jenazah Gie ditaburkan yaitu di Mandalawangi. Dan setelah gue nonton filmnya yang dibuat di tahun 2005, ternyata sampai skg gaada yang berubah. Track dari puncak Pangrango menuju Mandalawangi masih sama, berupa spt parit kecil yang dilebati Edelweiss.


Dan, film yang baru hari ini gue tontonadalah; Janji Joni (2005). Joko Anwar selalu punya sesuatu yang baru dan berbeda. Selalu ada kejutan didalamnya. Film ini termasuk kategori film ringan, tapi mengupas tentang kehidupan yang selama ini gue nggak tau kalo ada profesi yang namanya Pengantar Roll Film. Mungkin kalo ngga nonton ini gue ngga akan tau perkembangan film dari dulu sampe skg kayak apa. Dan banyak scene yang bikin ketawa. Gue paling suka satu scene dimana Nic as Joni lagi bareng sama tokoh Toni dan Voni. Yang beloman nonton, nonton gih!



 Voni, Toni dan Joni


Last but not least, dia hot. Titik.


Monday, September 10, 2012

Elegi

Hujan, lama tidak datang. Sore ini kau turun lagi, mendekap senja yang elegi. Lebih dari tiga hal buruk terdengar hari ini. Hari dimana kau turun lagi.

Hujan, apa sendu ini kau yang bawa? Atau dia yang mengikutimu dari belakang? Kenapa kau biarkan saja dia ikut? Hujan, aku suka ketika kau datang mengunjungiku. Tapi kupikir kau sendirian, ternyata tidak.

Sunday, September 09, 2012

Lima Elang

Seperti biasa, kebiasaan gue di hari minggu adalah...*drumroll*, Mantengin youtube. Nonton segala perfilman Indonesia yang belum gue tonton. Film yang berkualitas tentunya.

Dirilis sebuah film berjudul "Lima Elang" 25 Agustus 2011. Sekitar setahun lalu ya kurang lebih. Film ini gue temuin ketika gue lagi ngesurf youtube dan browsing di mbah gugel. Tiba-tiba gue menemukan judul yang sebetulnya ngga begitu menarik, tapi karena gue memang lagi mood nonton dan mendengarkan serta membaca apapun yang berkaitan dengan Indonesia, maka sekilas gue buka. Pas gue cek trailernya, i'm kind of surprised, ada Chris Nelwan, Bastian, Iqbal coboy jr yang walaupun kecil tp ganteng, dan Kiki, adik kelas gue di putih-biru (Ya dia sebenernya ngga kenal gue sih).


Film ini patut diberikan apresiasi, karena menayangkan buadaya yang tidak lagi menjadi favorit pelajar. Yaitu; Pramuka. Pramuka memang sudah cukup lama menipis dikalangan pelajar, termasuk di sekolah gue sendiri. Waktu gue SMP, gue masih mengenakan seragam naas itu, tapi di SMA gue alhamdulillah nggak ada (tuhkan, terbukti generasi yang meremehkan Pramuka). Tapi begitu gue mengenakan putih abu-abu, gue mendapat kabar dari seorang kawan bahwa SMP gue menghapus seragam Pramuka yang digantikan dengan batik-rok putih macem sekolah swasta. Ini lah salah satu fakta dibalik realita yang bikin miris. Bahwa masyarakat Indonesia tidak lagi menanamkan semangat juang dalam dirinya. Bukan tidak sih, lebih tepatnya berkurang. Gue menyadari itu, karena gue sendiri ironisnya juga begitu.




Rudi Soedjarwo memasangkan cerita yang simpel namun makna dari film ini terealisasikan dengan baik. Mengingat generasi muda kita yang manja dan semaunya sendiri. Sementara disisi lain yang tidak tersorot kamera publik, masih ada seorang anak tangguh dengan masa lalu yang tidak begitu baik namun sangat bersemangat dalam menjalankan hidupnya. Film ini memberi gambaran lebih lanjut tentang segala hal ke-Pramukaan. Sekaligus memiliki pesan moral dan pelestarian Pramuka yang terancam punah. Recommended bgt untuk ditonton oleh anak-anak. Film ini didedikasikan untuk para Praja Muda Karana dari seluruh Indonesia serta sebagai simbolik memperingati Hari Pramuka Nasional yang jatuh pada tanggal 14 Agustus setiap tahunnya.


Saturday, September 08, 2012

Gue, dan Stasiun Kereta di Malam Hari


Sebenernya alesan terkuat kenapa gue sering ikut ngejemput nyokap kalo balik dari luar kota adalah simple; gue selalu suka stasiun kereta di malam hari. Gue juga kurang ngerti ya apa menariknya. Tapi gue suka aja suasana bandara/stasiun di pagi buta. Sama seperti gue menyukai perjalanan malam.

Dulu, ketika gue masih duduk di sekolah dasar. Gue sering mudik ke kampung menggunakan transportasi besi merayap macem cicak ini. Biasanya gue berdua bokap, sementara tiga anggota keluarga gue yang lain berangkat duluan pagi-pagi naik mobil bersama almarhum kakek gue.

Biasanya dulu, tengah malem, gue dengan menenteng tas ransel kecil duduk di pojokan Dunkin Donuts stasiun Gambir yang sampai sekarang ini bentuknya udah berubah-ubah. Gue selalu pilih donat favorit gue yang warnanya item tengahnya ada putih-putihnya, kagak tau dah namanya apaan. Yang jelas jaman dulu J.co belum terlalu ngeksis dan booming, dan memang belum ada di Gambir. Sementara gue nyeruput coklat, bokap ngebolak-balik majalah otomotif yang dia beli. Anyway gue dulu bener-bener nggak ngerti sm majalah otomotif yang gue kira isinya cuma sekrup, mur dsbg. Begitu juga dengan majalah baru gue, karena kami selalu ngorekin toko buku di stasiun. Dengan berselimutkan jaket merah hello kitty terikat di pinggang, gue menikmati bacaan gue sampai bokap manggil gue untuk segera naik ke atas, peron kereta namanya.

Banyak orang duduk-duduk di peron tentu saja. Mereka menenteng koper-koper besarnya, ada juga yang menggotong kardus-kardus yang entah gue nggak ngerti isinya apaan. Ada yang duduk-duduk santai di kursi, bercengkrama dengan kerabat ataupun orang tuanya. Ada yang dengan tenang menganggung komat-kamit mengikuti alunan lagu yang didengarnya menggunakan headset. Ada juga yang boklak-balik koran yang kayaknya sih udah basi macem nasi aking. Beritanya nyampe garing diliat-liat doang. Ada juga yang autis sendiri mainin hape. Ada yang lagi nelfon, ada yang mimiknya sedang panik bertanya sama mas-mas office boy peron. Ada yang pakai jas rapi, ada yang kayak udah mau muncak everest make jaket tebel banget. Ada yang cuma pakai hotpants + tanktop. Ada yang akai kaus beragam sampai ke dress santai. Lengkap, semua ada.

Gue selalu suka memperhatikan situasi kapanpun dan dimanapun termasuk pada hiruk-pikuk seperti pasar. Memperhatikan keadaan manusia-manusia berbeda yang datang dari asal dan dengan alasan yang juga berbeda-beda. Membuat analisis gue bergerak dalam diam dan menumbuhkan argumentasi baru yang bisa gue aktualisasikan pada diri gue sendiri. Didalam lembar yang tenang, gue suka merenung. Membiarkan imajinasi liar dan buas gue mencakar pemikiran gue. Sampai gue mengantuk dan menyimpan nya kembali dalam-dalam.

Thursday, August 30, 2012

Manusia punya banyak pinta, tapi tak mau usaha. Mau makan enak, tapi tak mau masak. Sebagian manusia anggap babu itu hina. Namun tanpa jantung hina itu mereka hanya kosong. Tanpa dia, mereka mati kelaparan. Tanpa dia, rumah mereka berantakan.Tanpa jiwa yang dianggap rendah itu, mereka tidak bisa apa-apa. Namun setelah raga yang lelah datang untuk menolong, mereka injak dia. Mereka hujatkan perintah demi perintah. Tak lagi mereka hargai bantuan-bantuan dia. Kadang mereka tak punya hati. Mereka anggap kesalahan kecil itu sebagai bencana. Mereka caci maki dia.
Tidak tahu diri. Tidak tahu terima kasih. 
Dasar manusia.

(Annisa Rahma Putriana, 2012)

Wednesday, August 01, 2012

Gede-Pangrango, sebuah kisah berharga (2nd part)

Straight to the main topic, gue minta maaf sebelumnya karena baru melanjutkan tulisan gue yang belum kelar. So, lets not ruin anything.

Keesokan harinya dengan perasaan bersalah pada alumni, gue dengan on time nya bangun jam tiga pagi. Yang rencana nya langsung masak dan packing. Tapi fakta mengalahkan harapan. Gue merasa agak ngga make otak waktu itu. Cuma orang sakti yang mau bangun jam tiga pagi di ketinggian 2700 sekian mdpl dengan suhu dibawah 7 derajat, dableg.

Gue agak bodo amat waktu itu. Gue ngga peduli mau kurang tidur yang penting ROP ngga ancur tepat hari itu. Gue langsung bangunin orang-orang. Dan spesies yang pertama gue bangunin gak lain gak bukan adalah *drumroll* Genta. Dilanjut Kemal. Lalu kedua curut-curut yang lain nya. Namun pemikiran gue yang tadi kayaknya memang survey membuktikan seratus persen benar. Nggak ada yang mau bangun. Kemal udah melek, tapi masih selimutan di kepompong sleeping bag. Begitu juga gue dan Genta. Sarung tangan dan kaus kaki tebal sudah membungkus anatomi gue sebenarnya, jaket berlapis-lapis, kupluk juga udah. Tetep aja yang namanya dingin bikin orang mager melakukan apapun. Gue masih setengah sadar didalem sleeping bag sampai ponselnya Mupid bunyi lagi, alarm menandakan pukul setengah empat. Genta gue uprak-uprak gue suruh dia bangunin si Dokeng sm Mupid. Akhirnya mereka masak dan beres-beres sementara gue dan Kemal....masih di balik tenda. Nyengir horizontal.

Sleeping bag yang masih berceceran gue lipetin satu-satu menjelang pagi. Kemal ngangetin tangan pake api terus gue ikutan. Menurut ilmu yang ditangkap, kalo kita kedinginan lebih baik cuci tangan langsung pakai air yang ada di ekosistem itu. Supaya suhu tubuh kita bisa beradaptasi. Dan entah kenapa gue malah merasa makin dingin, sementara temen-temen gue yang lain udah mulai lepas sarung tangan. Kemal pun pergi ke tenda tetangga ngebangunin Amal Hans Rei & Abun. Yang lain pada beberes ngambil air, tp Jodi sm Sari belum juga bangun. Terus gue ngeliatin Rei nenteng jerigen aer ke pinggiran semak sambil bawa sikat gigi. Berhubung mulut juga udah ngga enak, gue langsung ambil sikat gigi di tenda, trs jb juga deh. Aneh juga sih rasanya sikat gigi ngga pake odol, tapi mau bagaimana lagi, emang ngga boleh bawa.

selesai masak dan sarapan kita semua packing. sebelum berangkat kita foto-foto indah dulu mumpung backgroundnya keren banget.

kita nerusin perjalanan menuju puncak Gede pukul 10.00 dengan perjalanan kurang lebih satu setengah jam. pepohonan mulai jarang, matahari mulai nyengat diujung ubun-ubun. jalurnya mulai batu dan ada pasir nya gitu putih semacam kapur. sampe akhirnya gue tiba di puncak Gede.

dari sana gue bisa liat kawah yang dipinggirnya dikelilingin sama tebing melipir yang jalannya sempit banget kayak cuman segaris gitu. dan disebelah kiri gue bisa liat Surya Kencana dengan dua warna; ijo sama kuning. Ijo buat pohon-pohonnya dan kuning itu padangnya. kalo ditambah langit jadinya lapis tiga. Biru, Ijo, Kuning. kita pun apel puncak dan foto-foto. kita masak dipuncak, bongkar carriel dan ngisi perut. lagi-lagi dan lagi makanannya indomie. bosen makan indomie anaknya pak asep bawa ciki yea. gue lupa berapa jam kita ada disana setelah foto-foto ria mengharukan gue meneruskan perjalanan menuju Kandang Badak tempat dimana para pendaki ngecamp.

jalur pertama dari puncak Gede itu wuidih ngeri dah. gue melipir pinggir tebing gitu yang banyak batu-batu dan pasir. dari pada jatoh kejurang gue mendingan cari aman lewat tengah yang banyak pasir dan batu. abis melipir mulai masuk hutan lagi. Nah disini nih gue nemuin yang namanya "Tanjakan Setan", buadddai. horror banget gitu ya namanya. beruntunglah gue memulai pendakian dari jalur gunung Putri sehingga saat ketemu tanjakan setan gue malah menuruninya bukan manjat. terjal dan tinggi tanjakanya jadi gue musti make webbing dan tali yang udah disiapin TNGP. yang begonya adalah si tobleng ngetawain mufid gara-gara pas turun ketakutan, mungkin kualat gara2 ngatain kali ya, si mufid ga sengaja nyenggol batu yang runtuh dan runtuhanya cepet gitu jatoh terus nabrak dengkulnya tobleng strike ditengah. sakit. iya tau banget itu sakit banget. batunya lumayan gede coi. gue cuma diem doang ngantri mau turun.

kelar tanjakan setan ya medan nya gitu-gitu aja hutan. sampe deh dikandang badak. kejutan yang menanti adalah ternyata disana ada babab sama gonek udah  nunggu cihuy banget dah. dan ternyata babab cuman bawa daypack yang isinya alat masak semua. sempet kena razia sm petugas tp gangerti gimana ceritanya. gue buka camp dan biasa gue ngatur tenda. abis gitu masak, ketawa-ketawa, dengerin dongengan si muka stupid terus makan. evaluasi, kedinginan, tidur. di evaluasi diungkit lagi masalah kemarin, karena ada babab dan gonek yang baru dateng. udah gitu kita rencana summit attack jadi jam 3 harus udah bangun.

malem itu dinginnya ga separah di surken. pas gue mau tidur, genta sm kemal packing dulu buat summit besok. karna besok yang di tuju itu puncak Pangrango kita ga bawa carriel. jalurnya terlalu membahayakan untuk bawa carriel. tp tetep bawa carriel 1 yang lagi dipackingin sama genta. isinya ponco makanan dan alat survival lainnya. udah gitu pas mau tidur banget, tenda dibuka. dingin anjir tapi kasian rei sm hans ga dapet tempat akhirnya yaudah dibuka aja, rei sm hans belum tidur soalnya masakin kita bubur kacang hijau. baiknya:')

besokan paginya dingin banget, jadi tidurnya telat, gue sama yang masak air terus langsung beberes. nyeruput energen sm bubur kacang ijo sekenanya, karna perut harus tetep diisi daripada hipo. terus kita cabut jam setengah 4 kalo nggak salah. ngetrack di pimpin babab. awal-awal tracking si tobleng muntah dan pindah dibelakang. gue tetep di depan. ada enaknya ada enggaknya ternyata kalo tracking malem. enaknya, lo gaperlu ngeliat jalur jadi gatau seberat apa medan nya dan lo jadi ga nengok2 ke atas. ga enaknya, rada bahaya, udah itu doang. perjalanan menuju pangrango itu yang paling berat buat gue. gilak, tanjakannya dua kali kaki. gue musti ngelangkah superduper lebar banget. dan kesel karna ga nyampe-nyampe. matahari udah mulai terang dan kita masih belum sampe. gabisa liat sunrise dipuncak deh jadinya, tapi lumayan bisa liat dari leher gunung. gue udah cape banget itu tapi disemangatin terus sama babab. bibir udah kering-kering. mau minum mau makan tapi minum terus malah bikin boyor. dan akhirnya gua ga minum sampe mijakin kaki di puncak pangrango.

ga ngerti kenapa saat jalan mulai landai dan gue nyadar udah sampe di titik paling atas, babab langsung meluk gue sambil bilang "selamat ya, kita udah sampe di puncak." merinding, gue nangis. gatau padahal waktu di Gede biasa aja ga sampe nangis kayak di Pangrango. dan gue baru sadar ternyata gue sama babab yang nyampe puncak pertama, senang!yea. setengah jam kemudian angkatan guepun lengkap dan kita apel. sambil nyanyi lagu, gue ngeliat kebawah keren banget. gaada hujan langit terang. tadinya mau leha-leha disitu tapi ga pewe dan anginnya dingin banget. kita meneruskan perjalanan yang kurang dari 10 menit menuju tempat favoritnya dan abunya Soe Hok Gie ditebarkan jeng jeng Mandalawangi.

Mandalawangi itu tempat yang paling indah di Pangrango. Mandalawangi itu oadang edelweiss semacam Surken, bedanya, lebih sempit, tapi edelweissnya tinggi-tinggi. disitu ada nisan nya Hok Gie. kita makan dan ngobrol. si amal nyanyi-nyanyi lagu Negeri Di Atas Awan nya Katon Bhagaskara. angin nya bikin masuk angin disana. satu jama atau dua jam kita disana tidur-tiduran terus turun. dan saat turun gue bersyukur banget tadi trackking saat msh gelap karna gue shocked ngeliat jalurnya kyk "anjir jadi ini jalur yang gue laluin tadi pagi?!" yak jalurnya berupa tanjakan yg super duperly tinggi dan pohon tumbang segede gaban. dan saking tingginya, pas gue lagi mau turun, kaki gue ganyampe ke tanah dan akhirnya baju gue nyangkut gitu di batang pohon. jadi gue nge gantung semacam boneka kayu. terus malah diketawain sm seceng tapi dibantuin juga. dan kita turun makan waktu cuma satu jam.

karna masih lama waktunya kita leha-leha. gue beberes tenda dan mufid diajarin bikin nasi uduk. makan siang dengan happy dan langsung packing lagi buat turun ke Cibodas. nah disitu lah gue nggak enak badan. jidat gue panas gitu leher gue anget. sama tobleng disuruh minum panadol. gue rada keliyengan pas tracking turun. tapi tetep jalan. gue ngelewatin banyak pos yang gue gak apal namanya.dan disini jalurnya mulai enak, dan si joddy ngebut banget buset sakit emang tuh orang. gue ditemenin Sari dan sebelum pos panyangcangan, gue ngelewatin air terjun yang panas. ngertigaksih? air terjun, tapi panas, mendidih. gue pun sampai sekarang bingung itu air dari mana asalnya. kuasa Tuhan. dan pas ngelewatin itu jalurnya sempit, dan licin. semacem nyebrangin sungai. bedanya disebelah kanan itu air terjunnya yang panas, disebelah kiri itu jurang. jadi lebih tepatnya gue nyebrang di tengah-tengah air terjun. dan pegangan nya udah rapuh. dan akhirnya karna licin kaki gue nyemplung ke air dan spontan langsung mengucap apa yg keluar dr mulut. apa aja deh. panas banget. itu yang bikin kaki sakit terseok-seok saat turun ke panyangcangan.

nyampe di panyangcangan si tobleng gantian dia yang sakit dan minta obat ke pendaki lain. leyeh-leyeh disana ngobrol terus lanjut lagi ke cibodas. hari udah mulai gelap dan jalur mulai anak tangga. males banget sumpah. gue sama kemal ketinggalan rombongan gara-gara nungguin tobleng yang kecapean. akhirnya kita nerusin perjalannan dan langit udah gelap. nyalain senter. senter gue entah dimana jadi gue barengan sama tobleng. nah ini dia yang bikin gua sama kemal berantem. pas dijalan, tiba-tiba kita papasan sama cewe yang jalannya terseok-seok karna pincang. gue kirain itu demit. amit amit. rambutnya panjang, jalannya pincang make sendal jepit. dan dia hebat banget, ditempat setinggi itu make tanktop:) bahenol gak tuh? nah, begonya malah dideketin sm si tobleng. akhirnya dia ninggalin gua dan gua jadi berbagi senter sama kemal. sepanjang sampe mang idi gua ribut sama kemal gara2nya kaki gua sakit tapi dia minta pengen cepet2 dan senter cuman satu. sementara si tobleng asik godain mbak-mbak dan modus.

dan sampailah gue di Mang idi. disambut sama banyak alumni ternyata, ada aiph, ada mulung ada banyak lagi. terharu gitu diucapin selamat. bau badan udah gakebayang lagi kayak apa. kaki pegel minta di pijet. ngadem dulu akhirnya ngisi perut make teh anget. gakuat lagi gue akhirnya maksain mandi dan keramas sama kak sari gantian.

barulah setelah itu gue ngisi perut make nasi goreng. nikmat banget rasanya cuma nasi goreng doang. di gunung gue gadapet nasi seanget dan seenak ini. abis gitu kita semua evaluasi. dan tidur yiiiiha.

Wednesday, July 25, 2012

Gede-Pangrango, sebuah kisah berharga.

Semua bermula dari sebuah proposal. Kurang dari tiga minggu gue dan Genta berhasil nyelesein proposal emas itu. Tiga hari berturut-turut amud tiga belas bolak-balik rumah babab di kawasan Gunung Sindur. Di rumah babab asikloh, dikasih makan terus. Sebentar-sebentar ubi yg kreasinya macem-macem. Gak lama dateng roti goreng coklat. Gaklama lg ba'da maghrib disuruh makan malem sama babab. Dalam waktu dekat, perut gue fix membuncit. And ta-daaa proposal siap diprint dan di ajukan!

Hari pertama pengajuan gue dan Mupid memberanikan diri menghadap sensei, pembina OSIS kita. Baru masuk, belom ngejelasin, baru dateng udah ditolak mentah-mentah. "Kapan pelaksanaanya emang?" "Minggu depan sensei." "Halah, gabakalan tembus udah." destakdem. Gue langsung ke TU nelfon pak Asep. "Udah kamu ga usah ke dia, besok aja sama saya langsung menghadap pak Kepsek." "Emangnya sebelumnya udah bikin appointment pak?" "Sudah dari lama" dan YES keesokan harinya menjadi hari bagai duren runtuh. 1,5 jeti udah ditangan, walaupun proposal baru di ttd wakasek. Bodoamat yang penting duitnya udah turun wihi~

Tinggal ROP manajemen perjalanan dan administrasi. Genta sudah survey plus nyerahin semua perihal simaksi ditemenin Babab. Tobleng waktu itu sempet ke sekolah kita semua bareng-bareng ngecat bendera yang pas diambil warnanya salah. Sebenernya gue doang sih yang ngecat. Dari situ kami semua mengadakan rapat dan briefing terakhir bersama pengantar, Rei. Pertemuan terakhir itu diadain dirumah Genta dan ROP beserta list barang dan logistik selesai semua.

Gue dateng ke sekolah pagi-pagi buta dan langsung packing ulang di sekret. Satu persatu alumni pada dateng buat ngelepas amudnya. Yang lucunya belom apa-apa Rei udah luka aja kakinya ketusuk paku yang nancep di kayu2 moonzhercup yang ditaro didepan sekret. Sepatunya Rei bolong. Yang cacatnya si Dekong segala nelfon emaknya, sampe emaknya nelfon Tobleng. Masih pagi udah pada gakbener aja. Terus Cibeng (Tunatun) sm Fatun (Mutar) dateng. Gaklama Bapli (Mulung) sm Rima (Ratu) dateng juga. Selesai packing kita semua nungguin Pak Asep dan Bu Kepsek yang bikin ROP ngaret. Yang ngagetin lagi ternyata pak Asep bawa anaknya masih kecil. Fix pataba hahaha, udah gak bawa carriel, gak bawa sleeping bag, isi tasnya anaknya pak Asep dalemnya chiki semua-_- Semua-muanya bener2 harus ditanggung panitia.

27 Juni pagi tim ekspedisi berjumlah sebelas orangpun berangkat!
Ada gue, Manda sbg sekertaris dan time keeper. Kemal (Sobi) eksekutif sbg Kepel. Genta (Melas) sbg humas dan peralatan. Mufid (Tukijam) sbg pubdok, logistik dan transportasi. Dika (Dekong) sbg bendahara dan PPGD. Ditambah BPH dua orang, Amal (Sigarta) dan Hans (Paper). Pengantar dua orang, Rei (Lapindo) dan Abun (Tobleng). Plus plus pembina; Pak Asep dan anaknya, Dzikri.

Setelah apel, tukijam langsung ambil alih nyari kendaraan. Tapi gak guna, ujungnya abun juga yang nyariin sama yang nawar. Kita naik bus bersebelas ke Baranangsiang. Pertamakali gue nemuin pengamen versi aneh. Anak kecil cewek sama adeknya cowok. Yang cewek bawa radio dangdut sama mic di tanganya trs nyanyi2 sendiri berasa karaoke, yang cowo keliling nyebarin amplop. Sebenernya biasa aja sih-_- oke trs nyampe di Baranangsiang kita nyebrang ke terminal nyari kendaraan lagi. Tapi ternyata lagi ada razia, jadi kita nyebrang lagi. Akhirnya dapet sewa mobil menuju cibodas. Mobilnya tua agak sesuatu gitu sih. Abun sm Rei langsung bantuin si bapak sopir ngangkut carriel2 diatas mobil sambil ngiket2 tali rafia. Di mobil itu ada juga beberapa ibu2 penumpang. Si Abun ngasal, pintu depan tempat ada ibu2 penumpang gabisa dibuka, gara2 keiket juga sama tali wahaha emg super tobleng.

Dari situ akhirnya lanjutin perjalanan lagi ke Cibodas. Gue duduk di sebelah djikri, yang lain pada ketawa2 sendiri gajelas gue ngantuk2 gitu. Terusnya gue ngelewatin puncak ternyata, untung kena macetnya sedikit doang. Kebun teh nya keren-keren banget. Nyampe di Cibodas semua istirahat di sesuatu masjid gitu. Gue solat terus bareng mupid sm abun gue belanja bahan makanan. Gaktau mupid kelewat bego atau gimana abun marah2 sm mupid gara2 mupid nanya sama tukang jambu "Sekilo isinya berapa?" malu2in-_- udah gitu ditawar sama abun goceng kan jadinya setengah kilo. Udah dibayar tuh eh si mupid cacat lagi "Bu 4rb ya bu 4rb." Abun marah2 lagi udah ditawar, udah dibayar kok ditawar lagi, akhirnya abun angot2an selama belanja. Mupid:'''

Habis belanja gue balik ke mesjid trs solat lagi, solat ashar. Lalu dengan naik mobil angkot, kita semua lanjut ke tempat emak. Angkotnya jadi sempit gara2 carrielnya berat semua. Si Amal jd duduk di pintu bawah angkot, tinggal dijorokin juga jatoh. Tiba sampai di tanjakan yang jalanannya bolong2. Disitulah angkotnya berenti, gak kuat naik. Jadi semuanya turun kecuali pak Asep sm anaknya. Kita jalan kaki sampe dapet tempat datar dmn angkotnya udah kuat lagi. Belom apa2 udah capek men-_- kurang tc kayak gininih.
Angkot terus berjalan sampai ditempat emak. Kita beres-beres naro tas terus sosped. Gue seangkatan ditemenin abun sm djikri jalan-jalan ke GPO, jaraknya kurang lebih 500 meter nanjak lah dari rumah emak. Disitu gue nanya2 banyak, tentang hewan2 yang ada di pangrango, sampe pantangan2 sama kejadian yang pernah ada. Menjelang magrib kita balik lagi ke rumah emak. Semuanya ganti baju dan siap2 buat evaluasi.

Evaluasi agak lama gara2nya ada masalah intern di bendahara, setelah semua diatasi, makan malam dataaang. Kita makan nasi pake sesuatu sayur sama telor kalo gue nggak salah ya. Dinginnya cibodas bikin semua yang masuk ke perut jd sangat nikmat. Selesai makan semuanya pd becanda ketawa2 gajelas. Biasa, mupid. Pas gue lg ketawa2 ngakak tau2 si abun narik gue keluar, dia ngajak gue ke tmpt yg agak tinggi, dari situ keliatan bintang sm city light. Keren parah separah-parahnya. Trs gue ke warungnya emak, di traktir teh anget manis yg manis kaya gue gitu, kagalah. TIBATIBA. Mupid dateng dan dgn freaknya nyamperin abun. "Moonpala Jaya! Moonpala jaya! Moonpala jaya! Ha ha ha". gue abun dan pak asep statis. bingung, gaktau harus ngomong apa. Teh udah abis, gue pun masuk ke rumah emak lagi. Gelar sleeping bag, tidur2an. Gaklama alumni pada dateng, Mulung, Revo (Guling), Jodi (Seceng) sm ceweknya, kak Sari. Alumni pada2 main kartu, gue bobo tp ga konsen gitu bobonya gara2 berisik. Mupid ngoroknya sadap men "tariiiiiikkkk ngrrokkk" wakaka tolol dicakkin dia sm alumni. Tengah malem Revo sm Mulung pulang.

Besok paginya gue yg pertamakali bangun, langsung bangunin genta sm kemal. Abis ganti baju bersih2 semua packing. Tau2nya rumah emak rame, ada pendaki lain entah mahasiswa mana stay juga disitu. Dan jalur dia sama kayak kita, tapi kita berangkat duluan. Selesai packing pada makan terus kita meluncur ke GPO, Gede-Pangrango Operation. Disana habis ngurusin simaksi semuanya pemanasan trs langsung foto2. Ada beberapa yg menyempatkan diri untuk boker. Gue sempet muntah tuh waktu itu, tp gue gabilang takut diomelin-_- Abis itu jam 7an kita langsung caw jalan.

Baru sebentar udah capek banget, ternyata teknik napas gue salah, trs gue dikasih tau abun, tapi begitu di praktekin gue gabisa2 jadinya ngos2an terus. Belom nyampe pos pertama, baru jalan sekitar 700meter pak Asep udah nyerah dia blg dia gakuat trs dia malah nyuruh gue turun. Aih yakali dah sama aja mati sebelum perang. Gue struggle gitu biarpun capek jalan terus. Begitu lewatin sungai kita sampe di track yang tangga batu, aih itu naiknya cape banget masyaAllah. Mending nanjak akar daripada tangga. Sampe disitu foto2 lagi. Seceng sm cewenya ketinggalan di blkg, tp biarlah, mereka sakti jd ngebut dikit jg kebalap.

Nyampe IC, Information center itu pos pertama. Rombongan kita kebalap sm mahasiswa yang nginep di emak juga, habis itu pas jalan lagi ke pos 2, dipertengahan si dekong mulai nih trouble2 lagi. Abis cekcok lama akhirnya gue nerusin jalan seangkatan tanpa dekong. Dekong dipegang sm seceng smentara angkatan gue dipegang abun. Rei udah duluan sama pak asep dan anaknya. Gue jalan aja terus mana tracknya ngebetein kan "landai" bet "landai". Nyampe di pos 2 kita makan siang sampe ngakak2 ketawa2. Gaklama abis makan, si Dekong sm seceng dateng. Gak ngerti seceng ngedoktrin apaan sampe dekong mau jalan, hebat dah itu org pokonya. Terus pas itu kita jalan lagi, mulai dah si dekong ngulah lagi. Daripada terjadi sesuatu yg tidak diinginkan, gue dan seangkatan brg amal abun melanjutkan perjalanan duluan, tanpa dekong lagi.

Capek iya pasti capek. Tracknya mulai menjulang, akar mulai tinggi2 dan besar2. Gue bete karna udah hampir 7 jam jalan kaga nyampe2. Tiba2 pluit seceng bunyi, pertanda mrk udh deket. Kita akhirnya nyari tanah datar, gue duduk nyender di akar pohon sm kak Sari. Disitu yang paling lawak, sementara nunggu kita ketawa2 ngecakkin mupid yg ngaku macho karena udah naik gunung, trs dia masa curhat gitu soal bila-_-Tapi seru dan bener2 seratus persen have fun. Udah hampir setengah jam kt nunggu tp seceng ga dtg2. Takut hari semakin sore semakin gelap, akhirnya gue seangkatan sm abun mutusin untuk lanjutin pendakian. Amal sm Sari ttp stay nungguin seceng. Pohon mulai pendek2, pertanda udah deket surken. Gue udah kayak orang gila, ngedoktrin diri sendiri dalem hati. Kayak orang dzikir, "Gue bisa gue bisa gue pasti bisa". Kita yang drtd naik beberapa kali papasan sama org2 yang turun, setiap papasan sesama pecinta alam pasti ngejalanin kod etiknya, ya kayak nyapa pendaki lain. Pas nanya2 kurang lebih satu jam lagi jalan ngelewatin 2 tanjakan akar yg terjal baru nyampe surken. Abis itu kita ngerasa udah pd down cape semua. Mana si abun ngomel gara2 dia tukeran sm amal, amal make daypack, dia bawa carriel. Amal janjinya sampe pos 3 ternyata pos 3 itu ya udh dkt bgt sm surken hakakak. Sepanjang perjalanan, abun ngedumel terus. Abis itu ada bapak2 tua lewat bawa tas ransel, ternyata dia penjual nasi uduk yang biasa di surken. Karena manusiawi kita udh pada cape semua dan butuh tenaga, duduk lah kita dan beli nasi uduk yg isinya dikit bgt tp harganya goceng. Maklumsih, dpt nasi hangat di ketinggian segitu emg anugerah yang luar biasa. Habis makan kita semua lanjut perjalanan lagi.

Sampai di jalanan yang landai setelah lewatin dua kali tanjakan2 terjal yg super nguras tenaga, badan gue udah tepar. Kaki udah lemes, jalan gue terseok2, tapi cahaya matahari udah nerawang2 dari kejauhan. Sinarnya kayak udah ngelambai2 manggil gitu, guue terus jalan sampai akhirnya....jengjeng.

Padang kuning bertabur didepan mata. Alun-Alun Timur Surya Kencana Bunga abadi, bunga edelweis menghampar kayak sawah. Disisi kiri lembah Surya Kencana berdiri megah Gunung Gemuruh dan bukit2nya, sementara disebelah kanan, menjulang tinggi puncak Gede yang di baliknya terdapat puncak Pangrango. Suhu disini memang belum menyentuh 0 derajat tapi anginnya semriwinggg. Babab bilang, kalo malem surken bisa 3-7derajat, terang aja disini ketinggiannya udah mencapai sekitar 2700 sekian mdpl. Gue dan segenap rekan2 jelas aja langsung mengabadikan moment emas ini. Langit surken cerah. Biru sebiru birunya langit.

Gaklama habis sesi foto2 ceria dengan segala gaya di lembah indah surken, urat nadi menegang kembali. Di pintu masuk surken timur berdiri seceng amal dan kak sari.Trouble lagi jengjengjeng. Udah ah gakmau nyeritainya, terlalu privasi. Cukup dijadiin pelajaran aja. Trouble itu yg membuat akhirnya gue dan abun lari dari ujung surken timur sampe surken barat, bayangin men lari. Berapa kilo itu, mana angin dr kanan kiri nyayat leher. Gue sama abun teriak2 nyariin dimana tenda Rei ngecamp. Di perjalanan sambil jalan megangin pinggang gue yg linu, gue ngeliat spesies yg hampir punah juga di Indonesia. Elang Jawa dengan gagahnya ngebentangin sayapnya seakan pamer sama gue kalo daerah ini kekuasaan dia. Elang itu terbang2 di sekitar tebing tinggi yang akhirnya dia masuk kembali ke sarangnya, di sebuah goa2 kecil gitu. Keren! tapi banyak yang gak percaya. Habis itu abis manggil akhirnya Rei sm Hans keluar, kita nyeritain kronologisnya. Terus Rei sm Abun balik lagi ke surken timur. Sementara gue disuruh abun tidur aja di tenda hans, carrielnya nanti dibawain. Yaudah habis ke sungai ambil air sm hans sambil nyeritain, gue ke tenda, gelar sleeping bag, tidur2an. Bibir gue udah biru kedinginan kacau-_-

Pas langit mulai gelap, udah pada kedengeran suara2 rame, mereka udah pada balik. Gue keluar tenda dan langsung bantuin Genta sm Kemal pasang tenda. Terus habis itu gue bersihin tenda dan nata dalemnya biar nyaman.Sementara gue sm Kemal kelimpungan mikirin ROP yang super kacau gara2 trouble tadi, genta dekong sm mupid masak. Gue sama kemal udah gakuat keluar, suhunya udah 7 derajat. Tapi di bibir tenda gue sempet bantu2 masak air sama benerin makanan mereka yang gakjelas bentuknya. Habis itu gue ngelirik sedikit ke langit. Bener kata orang2, surken cerah di malam hari tuh, kayak di planetarium. Semua isinya bintang serasa deket banget dan banyak banget. Tapi balik lagi ke realita yang pahit....yaitu ROP dan laporan segala seksi. Mau ngomong apa pas evaluasi nanti, pasti kena banget2an lah ini. Gue dan Kemal sbg time keeper dan Kepel ya pasrah saja benerin laporan seadanya. Habis mereka selesai masak gue udah ngebenerin tenda sepewe mungkin dan kita masak. Habis masak, genta manggil abun dan amal buat evaluasi hari ini. Seceng dan lainnya udah capek, kasian. Udah deh kena banget deh itu pas evaluasi, gue diem aja gaberani ngomong apa2 daripada kena damprat. Terus tidur jadi agak malem hari itu, setelah beres2 dan kembali nata tenda, gue langsung gerak empatlima masuk kedalem sleeping bag, dan dengan cepat pula tidur pulas.

Selesai lah hari kedua, foto dan cerita selanjutnya to be continue ya....eke solat dulu cin babay

Friday, July 20, 2012

Sebuah Tanya


Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa.
Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui.
Apakah kau masih selembut dulu?
Memintaku minum susu dan tidur yang lelap,
Sambil membenarkan letak leher kemejaku.

Kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih.
Lembah Mandalawangi...
Kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram.
Meresapi belaian angin yang menjadi dingin.

Apakah kau masih membelaiku semesra dulu?
Ketika kudekap, kau dekap lebih mesra.
Lebih dekat...
Apakah kau masih akan berkata kudengar detak jantungmu?

Kita begitu berbeda dalam semua,
Kecuali dalam cinta.

Soe Hok Gie.

Sunday, July 15, 2012

Kau tahu sebuah perahu berlayar diatas buih hijau bening. Berlayar di lautan. Diterjang ombak, diserang badai. Seperti Pincalang. Perahu pincalang yang kuat akan bertahan, namun yang kayunya mulai rapuh akan patah dan tenggelam. Badai macam apapun dan ombak setinggi apapun harus dihadapi. Perahu harus terus berlayar.

Adalah keluargaku ibarat perahu itu. Dan kami didalamnya seperti para pincalang. Berlayar tidak menentu arah. Kadang kesana kadang kemari. Persis seperti hidup kami, yang juga tak menentu. Hilang satu saja perkakas perahu, makan akan mudah roboh. Dan harus pindah ke perahu pincalang lainnya yang baru. Atau mati tenggelam, tersapu ombak di samudera luas, yang kami tak tahu berapa kedalamanya.

Jika memang Ito tidak mampu bentangkan layar diatas tiang, biar kaki ku yang memanjat Jika Anggi taksempat juga lepaskan jangkar, biar jemariku yang lakukan. Manusia kini tidak buta aksara, tetapi modernisasi membuat manusia buta. Buta harta, buta cinta. Mungkin ekspektasiku terhadap dunia terlalu muluk. Manusia kini banyak yang membatu, sampai-sampai kedalam tulang rusuk dan jantung. Tanpa hati, tanpa moral.

Masih tahunan lagi harus kuarungi samudera kehidupan. Walaupun langit diatas menyambarkan petirnya, demi Amang dan Emak, layar tetap harus dibentangkan.

(Annisa Rahma Putriana,2012)

Monday, July 02, 2012

Mandalawangi Pangrango





Senja ini, ketika matahari turun ke dalam jurang-jurangmu.
Aku datang kembali ke ribaanmu, dalam sepimu, dan dalam dinginmu.
Walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna.
Aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan.
Dan aku terima kau dalam keberadaanmu, seperti kau terima daku.

Aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi.
Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada.
Hutanmu adalah misteri segala cintamu.
Dan cintaku adalah kebisuan semesta.

Malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi.
Kau datang kembali dan bicara padaku tentang kehampaan semua.

“Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya, tanpa kita bisa mengerti, tanpa kita bisa menawar. Terimalah dan hadapilah.”

Dan antara ransel-ransel yang kosong dan api unggun yang membara, aku terima semua itu.
Melampaui batas-batas hutanmu.
Melampaui batas-batas jurangmu.
Aku cinta padamu Pangrango.
Karena aku cinta pada keberanian hidup


(Jakarta, 19 Juli 1966 - Soe Hok Gie)